Terpopuler - IHSG Masih Tergantung Suhu Politik
INILAHCOM, Jakarta - Gerakan IHSG untuk pekan ini akan ditentukan oleh kondisi situasi politik dan keamanan dalam negeri.
Menurut praktisi pasar modal, Stefanus Mulyadi Handoko, secara teknikal, IHSG terlihat bergerak turun setelah gagal bertahan diatas support uptrendnya. Terdapat dua gap yang akan menjadi batas level support dan resistance bagi IHSG pada pekan ini.
"Kemungkinan adanya aksi demo susulan, keluarnya dana asing dan pelemahan nilai tukar rupiah, serta pergerakan harga komoditas dunia dan kondisi ketidakpastian negosiasi dagang antara AS dan China, akan mempengaruhi pergerakan IHSG pada pekan ini," katanya seperti mengutip hasil risetnya, Minggu (29/9/2019).
Apabila gagal dipertahankan, maka IHSG akan melanjutkan pelemahannya munuju support selanjutnya dikisaran level 6.000-6.035. Sementara gap atas di 6.282-6.318 akan menjadi level resistance bagi IHSG pada pekan ini. Indikator teknikal terlihat bergerak variatif.
Dengan Stochastic bergerak naik keluar dari area oversold, sedangkan MACD masih bergerak sideways cenderung turun di area negatif. Dari kondisi teknikal tersebut mengindikasikan bahwa IHSG masih berkonsolidasi cenderung downtrend dalam jangka pendek.
Untuk pekan ini, seperti biasa memasuki awal bulan, pelaku pasar akan mencermati rilis data ekonomi seperti data manufaktur dan inflasi bulan september pada hari selasa (1/10/2019). Sementara dari luar negeri, cukup banyak data dan agenda ekonomi penting yang akan menjadi perhatian para investor pada pekan ini
Agenda tersebut diantaranya adalah Senin 30 September 2019, Rilis data manufaktur China, Rilis data GDP dan current account Inggris, Rilis data inflasi Jerman. Selasa 1 Oktober 2019, rilis izin bangunan dan kebijakan suku bunga Australia, Rilis data manufaktur AS.
Rabu 2 Oktober 2019, rilis data pekerjaan ADP dan persediaan minyak AS. Kamis 3 Oktober 2019, rilis data perdagangan Australia, Rilis data sektor jasa AS. Jum’at 4 Oktober 2019, rilis data penjualan ritel Australia, rilis data pekerjaan AS.
Ancaman AS
Untuk bursa saham AS jatuh pada perdagangan akhir pekan kemarin, setelah muncul kabar bahwa pemerintah AS akan mendelisting atau menyingkirkan perusahaan-perusahaan China dari bursa saham AS. Hal itu meningkatkan kekhawatiran eskalasi perang dagang AS-China lebih lanjut, jelang pertemuan delegasi pejabat tinggi kedua negara yang akan berlangsung di Washington pada 10 hingga 11 Oktober mendatang untuk meredakan konflik dagang.
Dow Jones turun 70,87 poin (-0,26%) menjadi 26.820,25 S&P 500 terkoreksi 15,83 poin (-0,53%) menjadi 2.961,79, dan Nasdaq melemah 91,03 poin (-1,13%) ke level 7.939,63. Dalam sepekan bursa saham AS berakhir turun, dengan Dow Jones mengalami pelemahan sebesar -0,43%, S&P 500 terkoreksi -1,01% dan Nasdaq anjlok -2,19%.
Khawatirkan Demo
Sementara dari dalam negeri, IHSG melemah -34 poin (-0,54%) ke level 6.196 pada perdagangan akhir pekan. Investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp185 miliar di pasar reguler. Dalam sepekan terakhir, IHSG terkoreksi -0,55% dengan diikuti oleh keluarnya dana asing senilai Rp1,82 triliun di pasar reguler.
Pada pekan lalu mayoritas bursa saham utama dunia bergerak melemah. Ketidakpastian global masih menjadi sentimen utama bagi market, diantaranya adalah masalah resesi yang sudah mulai terjadi di berbagai negara, dan juga penyelidikan pemakzulan terhadap Donald Trump sebagai Presiden AS turut menambah ketidakpastian baru ke pasar, disamping masih adanya kekhawatiran terhadap perang dagang AS vs China yang sedang berlangsung.
Sementara itu, pelemahan IHSG sepekan terakhir tidak terlepas dari adanya gelombang aksi demo mahasiswa yang terjadi sejak 24 September lalu, yang menolak revisi UU KPK, RKUHP dan sederet aturan undang-undang lain yang dinilai mencederai demokrasi seperti UU Pertanahan, UU Ketenagakerjaan hingga UU PKS.
Demonstrasi mahasiswa tidak hanya terjadi di depan gedung DPR/MPR saja, tetapi juga terjadi di berbagai kota besar lain hampir di seluruh wilayah Indonesia, yang juga diwarnai dengan aksi ricuh hingga jatuhnya korban jiwa.
Kondisi ini turut membuat nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika, sehingga makin membebani IHSG. Di sisi lain, tertekannya sebagian besar harga komoditas utama dunia seperti minyak mentah, nikel, timah dan batu bara pada minggu lalu turut menjadi katalis negatif yang menghambat laju IHSG.
Pergerakan bursa saham dunia masih akan sangat ditentukan oleh hasil negosiasi dagang AS-China pada 10 dan 11 Oktober nanti. Pasalnya perang dagang kedua raksasa ekonomi dunia saat ini membuat ekonomi global terganggu.
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Terpopuler - IHSG Masih Tergantung Suhu Politik"
Post a Comment