Search

Terpopuler - Banjir Ulah Manusia, Ini Cara Islam Menyikapinya

Terpopuler - Banjir Ulah Manusia, Ini Cara Islam Menyikapinya

BENCANA banjir dan tanah longsor yang terjadi di Indonesia khususnya di Jabodetabek di awal tahun 2020 ini sulit untuk dilupakan orang. Bencana ini telah menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat baik harta mau korban jiwa.  

Satu wilayah yang paling menyedot perhatian terkait banjir di berbagai titik di wilayah DKI Jakarta. Jika ditelaah, memang semua pihak harus intropeksi diri bahwa banjir yang tak terhindarkan itu tetap disebabkan kesalahan manusia. Masih banyak dijumpai di tengah masyarakat bagaimana kebiasaan membuang sampah sembarangan, beralihnya tanah untuk resapan air menjadi rimba beton, serta penanganan untuk memperbaiki sungai yang masih belum maksimal.

Dalam pandangan Islam, memang faktor-faktor itulah penyebabnya bahwa pada dasarnya kerusakan alam yang ada di muka bumi ini adalah murni karena ulah tangan manusia baik di darat dan di laut.

Oleh sebab itu sebagai kaum yang beriman jelas antara sisi agama dan perilaku manusia sangat berkaitan terhadap berbagai bencana yang ada di muka bumi ini.

Maka, dibutuhkan pula cara menyikapi suatu bencana alam dengan menggunakan kacamata agama.

Berdasarkan riset M Khairul Naim dan kawan-kawannya dari Academy of Islamic Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia yang dimuat dalam jurnal International Review of Management and Marketing, peran agama dalam menyikapi bencana alam sangatlah vital.

Penelitian dengan judul Understanding the Concept of Al-Ibtila'(Trial) in Personality Development: The Muslim Flood Victims' Experience tahun 2016 ini meneliti kejadian banjir yang sempat terjadi di Malaysia 2014 lalu.

Hasilnya, sudut pandang agama berperan penting untuk proses merehabilitasi korban banjir terutama yang merasa trauma. Menurut Islam suatu kejadian seperti bencana dikenal dengan konsep al-ibtila' atau cobaan yang merupakan bagian dari qada dan qadar dari Allah Swt.

Riset tersebut hendak mendalamai konsep al-ibtila' dapat membantu korban bencana memperoleh pengendalian atas situasi yang menimbulkan trauma, stres, putus asa, menyiksa dan lainnya.

Konsep al-ibtila' ini tercantum pula dalam Alquran, salah satunya QS. Al-Anbiya ayat 35 yang artinya, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan."

Penyikapan ujian dan cobaan dari Allah ta'ala tersebut dapat pula mengambil pelajaran dari ayat lainnya seperti QS. Al-Baqarah ayat 124, "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata, "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman, "Janjiku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".

Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa konsep al-ibtila' dapat mengurangi tekanan psikologis para korban. Sebab survei yang dilakukan terhadap 300 responden dan wawancara terhadap lima korban banjir tersebut mayoritas memandang bahwa bencana dari Allah adalah suatu bentuk ujian dan manusia harus berusaha melewatinya.

Tentu, mereka yang menganggap bahwa bencana adalah cobaan dari Allah mayoritas mereka yang sehari-harinya selalu berbuat kebaikan bukan yang banyak melakukan kerusakan.

Keyakinan yang tertanam dalam hati para korban banjir menurut riset tersebut memang lebih jauh lagi dapat mempengaruhi beban emosional seperti stres, tekanan batin, konflik, tidak mudah mengeluh dan lain sebagainya.

Terkait bencana alam yang terjadi, berabad-abad lalu Alquran telah memperingatkan bahwa memang kerusakan di muka bumi telah nampak.

Dalam Surah Ar-Rum ayat 41 Allah berfirman,

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Dengan demikian, riset tersebut menekan kepada pemerintah yang bersangkutan bahwa penanganan atas suatu bencana seperti banjir bukan hanya untuk menangani kerugian materiil melainkan juga aspek psikologis dari para korban.

Penanganan yang tidak hanya fokus pada persoalan fisik dan finansial tersebut setidaknya dapat disalurkan melalui majelis di masjid, musala, atau rumah ibadah lainnya. Fungsinya adalah untuk mengingatkan korban bencana bahwa kejadian yang menimpa merupakan suatu ketetapan Allah Swt serta untuk menggali nilai positif di balik suatu bencana.

Wallahu a'lam. [Akurat.co]

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Terpopuler - Banjir Ulah Manusia, Ini Cara Islam Menyikapinya"

Post a Comment

Powered by Blogger.